Sabtu, 21 Oktober 2017

ADHD - Pengertian, kriteria, tipe-tipe, dan penyebabnya

            

Hasil gambar untuk ADHD

1.      Pengertian ADHD
                        Anak ADHD atau disebut juga anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik, yaitu suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini sebelum anak berusia tujuh tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa (Davidson, Neale, dan Kring, 2006).
                       Sedangkan menurut  Kauffman & Landrum (2009) ADHD adalah  gangguan perkembangan attention dan activity yang terbukti pada usia dini secara relatif (sebelum usia tujuh atau delapan), berlanjut sepanjang kehidupan, mencakup kemampuan akademis dan sosial, serta seringkali diikuti dengan jenis gangguan lainnya.
                        ADHD tidak memiliki simtom fisik yang dapat dilihat melalui X-ray atau tes laboratorium, melainkan hanya dapat diidentifikasi melalui karakteristik perilaku yang beragam dari anak ke anak (beragam karena ADHD merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan beberapa pola perilaku dengan penyebab yang berbeda). Karakteristik utama pada anak-anak dengan ADHD adalah intattention (tidak dapat fokus, ceroboh), hyperactivity (terus menerus bergerak), dan implusivity yaitu bertindak tanpa berpikir (Munden & Arcelus, 1999). Mereka seringkali dijuluki motorically driven dan sulit mengalami permasalahan serius dalam hal duduk dengan tenang seperti di dalam ruangan kelas. Maka dari itu mereka memiliki prestasi akademis yang buruk di sekolah padahal inteligensi atau nilai IQ mereka normal atau bahkan dapat melebihi rata-rata (Morrison, 1995).
                        Pada pergaulan (peer group context), mereka merupakan anak yang tidak populer dan memiliki reputasi buruk karena selalu berperilaku kasar baik secara fisik maupun perkataan terhadap rekan sebayanya; terutama jika keinginannya tidak terpenuhi (Kauffman & Landrum, 2009). Hal ini membuat mereka menjadi sumber kesulitan bagi mereka sendiri dan orang lain sekitarnya baik di lingkungan rumah (bagi orangtua, saudara) maupun di lingkungan sekolah yaitu guru dan rekan sebaya (Mash & Wolfe, 2010).
                        Namun perlu diketahui bahwa terdapat kemungkinan perilaku-perilaku tersebut dapat berkurang seiring menuju usia remaja. Di sisi lain terdapat pula remaja yang masa kecilnya terdiagnosa ADHD yang mengkonsumsi obat-obatan atau memiliki perilaku negatif lainnya. Alhasil ketika memasuki usia dewasa mereka dapat memiliki masalah interpersonal, alkohol (atau penggunaan obat-obatan), gangguan kepribadian, konsentrasi, tidak teorganisir, impulsive, labil, terlalu banyak bergerak, cepat bereaksi, dan stres (Mash & Wolfe, 2010).
                        Kesimpulannya, ADHD adalah suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini sebelum anak berusia tujuh tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif serta dapat berlanjut sampai dewasa yang mencakup kemampuan akademis dan sosial.
2.       Kriteria ADHD
                        Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu kurangnya kemampuan memusatkan perhatian atau deficit attention dan hiperaktivitas-impulsivitas (Davidson, Neale, dan Kring, 2006).
                        Kekurangan dalam atensi atau kemampuan dalam memusatkan perhatian muncul dalam perilaku seperti berikut :
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain.
b.      Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain.
c.       Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas.
d.      Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas.
e.       Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya tugas sekolah.
f.       Sering kehilangan barang miliknya.
g.      Mudah terganggu stimulus dari luar.
h.      Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari.
                        Sedangkan perilaku hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku sebagai berikut
            a.   Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk.
b.   Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana      
       seharusnya duduk tenang.
c.   Berlari berlebihan atau memanjat yang tidak tepat situasi (pada remaja atau dewasa terbatas pada perasaan tidak dapat tenang/gelisah).
d.   Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan.
e.   Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin.
f.   Berbicara terlalu banyak.
g.   Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan (impulsivitas).
h.   Kesulitan menunggu giliran (impulsivitas).
i.   Menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (impulsivitas).
                        Dan terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh perilaku agresivitas dalam bentuk seperti berikut :
            a.   Sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain.
b.   Sering memulai perkelahian.
c.   Menggunakan senjata tajam yang dapat melukai orang lain.
d.   Berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain.
e.   Menyiksa binatang.
f.   Menyanggah jika dikonfrontasi dengan korbannya.
g.   Memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual.
                        Sementara menurut DSM-IV-TR dalam Davidson, Neale, dan Kring (2006), definisi ADHD terdiri dari beberapa karakteristik, yaitu dimana karakteristik pertama mempunyai dua kategori  yang salah satunya saja dapat memenuhi kriteria gangguan ADHD sebagai berikut :
a.       Pertama, memenuhi enam atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama enam bulan pada tingkat mengganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan; kedua, memenuhi enam atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama enam bulan pada tingkat mengganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.
b.  Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas
     muncul sebelum usia tujuh tahun.
c.  Gejala-gejala tersebut muncul dalam dua setting atau lebih (di sekolah,  
     rumah, atau pekerjaan).                 
d.      Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
e.      Gejala tidak diikuti dengan gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).
            Kesimpulannya, kriteria gangguan ADHD antara lain memenuhi enam atau lebih gejala pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas, muncul sebelum berusia tujuh tahun dan dalam dua setting atau lebih, harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan, dan tidak diikuti dengan gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya.
3.      Tipe-Tipe ADHD
                        Karena gejala ADHD bervariasi, DSM-IV-TR dalam Davidson, Neale, dan Kring (2006) mencantumkan tiga subkategori, yaitu sebagai berikut :
a.      Tipe Predominan Inatentif (ADHD-PI)
                              Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD-PI jika terdapat enam atau lebih gejala inattention, namun terdapat lebih sedikit dari enam gejala hyperactivity-impulsivity. Anak dengan ADHD-PI dideskripsikan jarang mengantuk dan jarang melamun. Mereka juga memiliki kemungkinan untuk mengalami learning disability, proses informasi yang lambat, sulit mengingat hal, memperlihatkan pencapaian akademis yang rendah, dan lambatnya kecepatan dalam berpikir.
b.      Tipe Predominan Hiperaktif–Impulsif (ADHD-HI)
                               Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD dengan sub-tipe ini jika ditemui  terdapat enam atau lebih gejala hyperactivity-impulsivity, namun terdapat lebih sedikit dari enam gejala inattention. Anak dengan ADHD-HI menunjukkan permasalahan dalam mengendalikan perilaku yang terus-menerus. Mereka bersifat agresif, membangkak, ditolak rekan sebaya, diskors dari sekolah, dan ditempatkan di kelas akademis khusus. Sub-tipe ini adalah tipe yang paling jarang ditemukan. Biasanya terjadi pada anak-anak pra-sekolah.
c.       Tipe Kombinasi (ADHD-C)
                               Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD dengan sub-tipe ini jika memiliki enam atau lebih gejala inattention dan enam atau lebih  gejala hyperactivity-impulsivity. Sama seperti ADHD-HI, anak dengan ADHD-C juga menunjukan permasalahan dalam mengendalikan perilaku yang terus-menerus. Mereka bersifat agresif, membangkak, ditolak rekan sebaya, diskors dari sekolah, dan ditempatkan di kelas akademis khusus. Anak dengan ADHD-C adalah jenis sub-tipe yang paling sering dirujuk untuk mendapatkan penanganan profesional karena secara kriteria sub-tipe ini mencakup simtom yang paling banyak dari kedua dimensi yang ada.
                        Kesimpulannya, ada tiga tipe ADHD yaitu tipe predominan inatentif yang terdapat enam atau lebih gejala inattention namun terdapat lebih sedikit dari enam gejala hyperactivity-impulsivity, tipe predominan hiperaktif – impulsif yang terdapat enam atau lebih gejala hyperactivity-impulsivity namun terdapat lebih sedikit dari enam gejala inattention, dan tipe kombinasi yang memiliki enam atau lebih gejala inattention dan enam atau lebih  gejala hyperactivity-impulsivity.
4.      Penyebab ADHD
                        Oleh karena ADHD adalah gangguan kompleks dan kronis yang melibatkan mekanisme genetik, saraf, kognitif, dan perilaku, maka penjelasan yang berfokus pada satu perspektif tidak akan dapat menjamin pemahaman akan ADHD. Pada prinsipnya tidak terdapat satu pun teori yang dapat menjelaskan ADHD secara komprehensif (Mash & Wolfe, 2010). Terlebih lagi ADHD dapat disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Berikut berbagai teori penyebab ADHD :
a.      Fungsi dan Struktur Otak
                              Anak dengan ADHD memiliki perbedaan fungsi neurologis dan aliran darah di otak bagian cerebral. Kemudian ditemukan bahwa mereka juga memiliki bagian prefrontal cortex yang mengatur atensi, pengaturan, dan perencanaan volumenya lebih kecil dibandingkan anak pada umumnya. Aktivasi abnormal pada bagian prefrontal cortex juga dapat terjadi saat anak dengan ADHD berusaha untuk menahan responnya terhadap sesuatu.
                               Bagian prefrontal cortex terus berkembang sampai seorang anak mencapai usia remaja, maka dari itu jika anak dengan ADHD tidak mendapatkan penanganan tentang bagaimana mereka harus mengatur atensi dan perilakunya maka mereka akan berkembang menjadi tidak dewasa atau tidak dapat mengontrol dirinya. Hal ini menjelaskan mengapa gejala ADHD dapat berkurang seiring perkembangan anak (Hoeksema, 2011).
b.      Kehamilan dan Komplikasi Kelahiran
                              Anak dengan ADHD kadang kala memiliki sejarah komplikasi saat prenatal dan kelahirannya. ADHD berhubungan dengan ringannya berat badan saat lahir, kelahiran prematur, kesulitan kelahiran karena kekurangan oksigen, komplikasi saat kelahiran, kekurangan nutrisi, trauma neurologis awal, dan penyakit pada bayi. Menurut Hoeksema (2011) pengaruh penggunaan nikotin atau barbiturates saat ibu mengandung dapat memperbesar kemungkinan anaknya akan mengalami ADHD. Ibu yang mengonsumsi alkohol pada masa kehamilan akan berpengaruh pada level aktivitas, penurunan atensi, dan kesulitan dalam melakukan organisasi dalam tugas yang akan terjadi pada anak yang dikandungnya (Nelson & Israel, 1997).
c.       Genetik
                              Menurut Hoeksema (2011) ADHD merupakan gangguan yang dapat menurun dalam keluarga. Anak dengan saudara kandung penderita ADHD memiliki kemungkinan tiga sampai empat kali lebih besar untuk mengalami ADHD dibandingkan anak yang tidak memiliki saudara kandung ADHD. Selain itu, Wilmshurt (2005) menyebutkan sekitar 50 persen anak dengan ADHD memiliki orangtua yang juga mengalami ADHD.
d.      Pengaruh Lingkungan
Ditemukan bahwa tingkat keracunan timbal yang tinggi memiliki hubungan dengan penurunan pada fungsi biologis, kognitif, dan perilaku (Nelson & Israel, 1997).
e.       Diet dan Alergi
                              Pandangan populer pada tahun sekitar 1970-1980 mengatakan bahwa makanan dengan zat adiktif mengakibatkan hyperactivity dan kelalaian pada anak. Hal tersebut mendorong orangtua untuk menghindari makanan yang mengandung pengawet, perasa buatan, dan gula. Namun demikian penelitian tersebut masih diragukan kebenarannya. Pembatasan diet dapat membantu sebagian kecil anak dengan ADHD, terutama untuk anak yang sangat kecil dan memiliki alergi spesifik tertentu (Mash & Wolfe, 2010).
f.       Faktor Psikologis
                              Sebagian besar anak dengan ADHD berasal dari keluarga yang bercerai. Ayah mereka seringkali menunjukkan perilaku antisosial dan kriminal, sedangkan interaksi dengan ibunya seringkali berisikan konflik (Hoeksema, 2011). Studi yang dilakukan terhadap anak-anak usia sekolah yang memiliki simtom hyperactivity menunjukan bahwa perilaku ibu mereka tidak penyabar, keras, dan kurang konsisten dalam mengasuh mereka.
                               Perilaku dan dinamika keluarga, pola asuh, serta lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap memburuknya kondisi anak ADHD. Selain itu, guru juga berperan dalam hal tersebut. Pengaturan kelas dan aktivitas yang diberikan juga berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak (Nelson & Israel, 1997). Perilaku yang ditampilkan dari guru dan orangtua seringkali menjadi contoh bagi sang anak. Melalui modeling dan imitasi anak dapat meniru perilaku orang lain. Terdapat kemungkinan bahwa perilaku agresif yang dilakukan anak merupakan hasil modeling atau imitasi yang berasal dari orangtua maupun gurunya (Kauffman & Landrum, 2009).
            Kesimpulannya, ADHD disebabkan oleh faktor-faktor yaitu adanya perbedaan fungsi neurologis dan aliran darah di otak, kehamilan dan komplikasi kelahiran, pengaruh lingkungan (keracunan timbal), alergi makanan dengan zat adiktif, serta faktor psikologis yang berasal dari keluarga yang penuh konflik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar